Al Malik (Asmaul Husna)
Oleh : Suci Rahmadani
AL MALIK
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Al Malik الملك adalah SifatNya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat
Merajai/Memerintah seluruh alam. Jadi yang memerintah di seluruh alam ini
walaupun ia sangat berkuasa adalah tetap mutlak milik Allah semata. Semua keuasaan akan
tunduk kepada Rabb yang mulia.
QS Al Mukminuun : 116
"Sesungguhnya Allah ta'ala adalah Pemilik Sifat-sifat yang tinggi lagi
Pemilik Kerajaan yang sebenarnya, Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan
sebenarnya melainkan Dia. Dia-lah yang memilki Arsy yang Mulia.
Nama
Allah, Al Maliku ( الملك ) dibaca Al Malik termasuk
Al-Asma`ul Husna, firman Allah :
- Maka Maha Tinggi Allah Raja yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “ Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Thaahaa
[20]: 114)
- Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang
Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan( yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.(Al-Mu’minuun
[23]: 116)
Milik-Nya
seluruh alam, yang di atas (langit) dan yang dibawah (bumi),
semua adalah hamba dan sangat berhajat kepada-Nya.
Dalam Al Qur’an, kata Malik diulang sebanyak
5 kali, dua diantaranyadirangkaikan dengan kata haq yang berarti “pasti” dan
“sempurna”.
Secara umum Al Malik diartikan Raja atau
Penguasa, kata Malik terdiri dari huruf Mim Laam Kaaf yang rangkaiannya
mengandung makna “kekuatan” dan “Keshahihan”, ini menunjukkan bahwa Allah
adalah segala kekuatan yang ada di alam semesta ini yang shahih dan tidak dapat
di ingkari lagi kekuasaan-Nya meliputi semesta alam dan pengetahuan yang ada.
AL Malik dalam AL Qur’an menyebutnya Raja
Yang Maha Berkuasa (yang Mutlak kekuasaannya), Menurut AL Ghazali Malik adalah
“yang tidak butuh pada zat dan sifat-Nya segala yang wujud, bahkan Dia adalah
yang butuh kepada-Nya, Wujud segala sesuatu bersumbr dari pada-Nya. Maka segala
sesuatu selainnya menjadi Milik-Nya dalam zat dan sifat-Nya serta
membutuhkan-Nya. Itulah Raja Yang Mutlak.
Firman Allah dalam Surat Thaaha: 114
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang
Sebenar-benarnya” (Q.S. At Thaaha:114)
Sudahlah jelas bahwa Allah adalah Raja Yang
sebenar-benarnya segala bentuk raja di dunia dan semsta ini adalah miliknya dan
tunduk kepada-Nya, selain merajai di dunia yang fana ini, kerajaan Allah juga
bersifat langgeng (abadi).
Di terangkan dalam Firman-Nya dalam surat Al
Mu’minun : 16
“(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari
keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman):”Kepunyaan
siapa kerajaan pada hari ini? ”Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan” (Q.S. Al Mu’minun:16).
Di terangkan lagi dalam surat Al Fatihah : 4
“Yang Mengusai hari Pembalasan” (Q.S. Al
Fatihah:4)
Dengan begitu Allah yang menguasai
pengetahuan dan segala urusan tentang hari pembalasan, yang mengusai waktu yang
telah lalu dan yang akan datang. Dunia dan seisinya dalam genggaman-Nya.
Dalam Hadits Rasulullah
“Allah Yang Maha Mulia Lagi Agung
‘menggenggam’ bumi pada hari kemudian dan ‘melipat’ semua langit dengan ‘tangan
kanan-Nya’, kemudian berseru: Aku Adalah Malik (Raja), maka dimanakah (mereka
yang mengaku) Raja?” (H.R. Bukhori).
Alasan Allah yang menguasai Hari Kiamat :
1. Karena pada hari itu Allah menggantikan Bumi dan Langit
ini dengan bumi dan langit yang lain.
Allah menjelaskan dalam Firman-Nya
“(Yaitu) pada hari ketika bumi diganti dengan
bumi yang lain dan (demikian pula) mereka semua ( di Padang Masyhar) berkumpul
menghadap kehadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa” (Q.S. Ibrahim:48).
2. Dalam kehidupan ini, manusia juga memiliki sifat
“memiliki”, dan ini akan di pertanggung jawabkan dan segala yang dimilikinya
itu akan terlepas sendirinya.
“dan benarlah Perkataan-Nya, di tangan-Nyalah
segala Kekuasaan diwaktu sasangkala ditiup” (Q.S. Al An’am:73)
Itulah gambaran bagaimana Allah Maha Berkuasa
dan Betapa Allah Merajai Segala sesuatunya.
Pesan Sosial dan Moral
1. Tidak terlena akan Jabatan/Tahta
Dengan sifat memiliki manusia seakan memiliki
segalanya, dengan memaknai Al Malik ini manusia harusnya sadar apabila kita
sedang diatas ada lagi yang lebih Maha Tinggi dan itu akan menjadi koreksi dan
motivasi kita bahwa Jabatan yang kita emban adalah sebuah amanat dan akan
dipertanggungjawabkan, kekuasaan duniawi adalah fana ataupun sementara
seadngkan kekuasaan ALLah adalah Mutlak dan Abadi.
Rasulullah bersabda:
“Orang yang dibenci oleh Allah serta yang
paling jelek besok pada hari Kiamat adalah seorang yang menamakan dirinya
dengan nama raja diraja, karena tiada Dzat yang bersifat Raja Kecuali Allah” (H.R. Muslim).
2. Mengendalikan Hawa Nafsu
Dengan dapatnya kita memaknai sifat Al Malik,
kita tahu bahwa yang menguasai segalanya adalah Allah semata, dengan begitu
kita tahu bahwa hawa nafsu adalah bujukan syetan yang akan hanya menjerumuskan
kita kepada hal-hal negatif dan itu merupakan contoh ketundukan kita kepada
syetan. Jadikanlah hawa nafsu menjadi pahala bagi kita dengan mengedepankan
yang halalan toyyiban, dan yang menjadi hak kita bolehlah kita nafsu terhadap
itu.
3. Menjadi Hamba Yang Bersyukur
Memaknai sifat Al Malik berarti kita mengakui
tentang kekuasaan Allah di bumi dan langit, serta di dalam kedalam hati kita
setiap mahluk-Nya. Dan dengan serta merta kita harus mensyukuri segala nikmat
yang telah diberi, itu adalah hamba yang menunjukkan bahwa kiata adalah hamba
yang pintar bersyukur.
4. Mengharap Pertolongan Allah
Sebagai Yang Maha Kuasa, Allah lah yang
menentukan segala urusan yang akan kita hadapi dan telah kita hadapi, Dia lah
yang mengetahui segala pengetahuan tentang alam dan isinya serta yang tahu akan
kedalaman hati seseorang. Segala apa yang kita ikhtiarkan tergantung pada
ketentuannya karena Dia Yang Maha Kuasa, dengan mengharap pertolongan Allah
berarti kita menunjukan sikap yang menumbuhkan kekuatan bathin dalam menghadapi
segala sesuatu. Sebaliknya dengan tidak mengharapkan pertolongan dari Allah
merupakan cerminan sikap yang angkuh.
Hudjaifah ibnul Yaman, r.a Mengatakan: “Hindarilah tempat-tempat yang
penuh fitnah”, Ibnul Yaman pun ditanya, ‘tempat macam apakah yang penuh dengan
fitnah itu? Dia kemudian menjawab, ‘pintu-pintu para penguasa. Dimana salah seorang
dari kalian yang masuk kedalamnya, kemudian membenarkan segala yang diucapkan
dan yang diperbuat pemimpin itu dengan suatu kebohongan, dan mengatakan yang
bukan sebenarnya” (Hiyanatul Auliya,I/277 dan
Tahjibul Hiyah, I/206)
Dengan meyakini dan memaknai Al Malik kita
mempunyai landasan hidup yang mapan dan mantap, sehingga kebal akan bujuk rayu
syetan terhadap kita. Tidak ada yang ditakuti selain Allah karena Dia lah yang
patut untuk diminta pertolongan dan kita senantiasa takut akan ajabnya, tidak takut
akan kehilangan jabatan dan harta karena ada Yang Maha Raja dan kekuasaanya
meliputi alam semesta, karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang selalu
mengingat-Nya.
tidak akan kalah dengan perasaan malas dan
putus asa sehingga giat dalam belajar, berusaha dan bekerja serta optimis
menjalani hidup, karena semua adalah dalam kekuasaannya dan menjalani hidup
dengan bersandar terhadap ketentuan Yang Maha Raja, Allah SWT.
Dari semua uraian kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kita haru menjalani hidup ini dengan optimis seakan kita akan
hidup seribu (1000) tahun lamanya, dan menyebarkan amalan dan cinta terhadap
sesama. Raihlah kehidupan dan kesuksesan karena Allah akan melihat kesungguhan
akan niat kita. Dan ingatlah ketika telah meraih kesuksesan hidup, kita harus
dapat mengendalikan hidup ini menjadi sebuah jalan menuju Rahmat dan Ridho-Nya.
Makna
Kata
Nama
Allah, Al Maliku maknanya Yang Memiliki segala-galanya. Bukan
sekedar memiliki sebagai seorang manusia memiliki radio umpamanya, dimana sebuah
radio dimilikinya dengan cara membelinya. Tetapi Allah, Al Malik memiliki
dengan pengertian milik 100% bukan karena dibeli atau mendapatkan hadiah,
tetapi diciptakan-Nya, dikehendalikan-Nya, diatur-Nyra segala yang ada pada
alama semesta ini.
Orang yang beriman dan mempunyai kekuasaan disebut Abdul Malik, Hamba Maha Raja. Dia hebat tetapi tetap tunduk dan sujud kepada Allah, menjalankan kekuasaan berdasarkan hukum Allah. Dia berilmu tetapi tetap tawadhu’ dan hormat kepada siapa saja, tidak sombong.
Dia menyadari bahwa kekasaan mutlak hanyalah milik Allah. Prinsip Kemaharajaan Allah adalah melindungi, memelihara, dan memenuhi seluruh keperluan hidup makhluk-Nya. Karenanya Abdul Malik adalah orang yang peduli kepada orang lain, lingkungan dan siapa saja yang ada disekitarnya.
Orang yang beriman dan mempunyai kekuasaan disebut Abdul Malik, Hamba Maha Raja. Dia hebat tetapi tetap tunduk dan sujud kepada Allah, menjalankan kekuasaan berdasarkan hukum Allah. Dia berilmu tetapi tetap tawadhu’ dan hormat kepada siapa saja, tidak sombong.
Dia menyadari bahwa kekasaan mutlak hanyalah milik Allah. Prinsip Kemaharajaan Allah adalah melindungi, memelihara, dan memenuhi seluruh keperluan hidup makhluk-Nya. Karenanya Abdul Malik adalah orang yang peduli kepada orang lain, lingkungan dan siapa saja yang ada disekitarnya.
Daftar Pustaka:
1. tazkia online, http://www.kuliah.tazkiaonline.com/studentpage.php,
2. hadits online, http://id.lidwa.com/app/
3. td.informasi, http://td-informasi.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar